Perempuan yang tertawan disepucuk jambi diperjalanan malam 16
Aku perempuan yang tak lagi perawan oleh tuan yang dermawan
Aku melihat langit begitu terang melayangkan angan yang terbang
Tapi matahari begitu terik dalam riang yang ingin kugapai
Dan berita menunggu riak riak yang menunggu dipelabuhan
Aku lupa adat istiadat dan martabat karna kilau yang lebat
Aku terlempar oleh malu yang telah tergantikan oleh rok mini
sarung dan baju kurungku disimpan oleh ketua adat
untuk upacara mengenang legenda negeri beradat
tapi aku harus bertahan hidup
dari ribuan kalimat kalimat kusam
yang tak pernah menyisakan kata dan nyawa untukku berangkat
mulutku telah tertawan
kaki ku telah bercawan
hatiku terus berkaca kaca dan meneteskan darah
karna luka yang kupendam
aku hanya menjadi mimpi buruk yang ditinggali oleh malikat
yang merengggut mimpi dalam jalan yang telah terpotong
adakah peci putih itu memeberikan doa untukku kembali
walau dengan mata yang setengah terbuka pasangkan jilbab di kepalaku ya ….alim
telah berjuta juta butir keringat yang ku simpan mencari fiqih yang mengembalikanku
kalau ayat ayat tuhan itu terlalu jauh dariku
kenapa nadi ku belum berbatas
bukankah ada ruang untukku memakai kembali sarung dan baju kurungku
agarku mampu menyunggingkan senyum dalam lenggang riak batang hari
dan menyunting jari nan sepuluh untuk negeriku
Dongeng Negeri mimpi
Aku menyaksikan berpuluh puluh jrigen minyak tanah berbaris dalam saksi layer kaca
Ataupun Penggorengan yang mengingatkan kita pada teriakan lelah para ibu
Minyak sayur terbang menari nari dalam permainan rupa yang semakin tak waras
Kelelahan mengirimkan pesan tak beralamat
Karena alamat sering saja tak tepat karna singgah oleh nuraniyang semakin mengecut
Ruang ruang negeri ini semakin tak kukenal
Nasi telah berubah aking yang berpose dilayar kaca
sembari liur wisata kuliner dinegeri dongeng para raja yang berpesta
Menemani santap siangnya dalam Menyambut kemenangan di kursi yang empuk
tikus tikus yang bertahta semakin tertatar serupa menyongsong keseragaman
Seragam Colklat, hijau ,kuning ,ataupun abu abu
serentak berdemo kebohongan yang berjamaah dalam adonan system yang gila dimeja hijau menjujung uang yang telah menjadi berhala
hingga mataharipun semakin panas tanpa nabi yang terbawa menyenteri jalannya
duka jaman semakin telanjang dan terpampang kenegeri seberang
membanggakan kulit kulit ari pejuang tua yang semakin gelap
Sujud telah kering ,air mata telah hanyut oleh banjir
Busung lapar tergelepar dinegeri yang subur
Gempa dan longsorpun ikut serta mengguncang kepekasan negerii ini
Tapi
Apakah badai yang bergandengan dengan hujan tak jua menghantarkan kita untuk bangun dari mimpi buruk ini?
Terjagalah engkau hati yang terselimuti mata yang basah
Cucilah muka mu dari bulir bulir kerak malam negeri ini
Agar kau tak melihat batik menyelimuti mayat mayat
yang menghias layar kaca diseluruh dunia
Atau
Sapa awan siang ini untuku
Hai adakah kau lihat langit siang ini begitu cerah?
Dan aku silayang laying biru meyatu dengan langit
Adakah kau baca hadirku ?
Yang meraba langit sejak hatimu menyatukan harapanku
Dan kau !
Kemarilah dengan sayap awanmu
Kusambut kau dalam belaian geliat awan siang ini
Lunaskan letihmu meningggalkan lara yang merah
Mawarku akan bermekaran
Embun telah terbang
Bening pepohonan akan menakjubkan
Dan kita akan berlari lari dalam belaian angin
Melupakan keringat yang telah beku
Setelah itu kita lahirkan lagi jejak baru
Dalam perjalann jarum jam yang tak tertahan
Terus melahirkan keringat dan berdetak
Ayo sayang sambut tanganku dalam gelora hangatmu
SENJA
Lihat!
Selembar daun gugur dilayangkan angin yang lalu lalang
Menghantarkan diujung jemari kakiku yang terus saja sayup
Meraba goresan kering dari kepalaku
Dan ia menatapku begitu pana memelas
Dan membisik dalam getar dadaku yang ingin berteriak,
hingga kulai bibir mupun berkata
“Jangan biarkan aku jatuh di bumi yang basah tanpa kata yang pasti!”
Sementara
senandungku terus saja jingga oleh senja yang tak sabar menjemput malam
Hingga mawar ditaman ku menyisir kelopaknya
Dan getaran itu tak terelakan lagi
Tersiram oleh cucuran hujan dibulir bulir bulu mataku
Dan Kata gundah terus tertabur
Kata apa yang akan kupilih untuk menghibur ribuan kalimat yang kusam
Maret 6 2008
Sayap Sayap Ombak sore ini
Pada pandangan yang begitu dalam
kesudut biru
Aku menantimu dalam pesona gemuruh riuh pantai sore ini
Seperti Geliat laut yang mengejar pantainya
Ak pernah habis
Aku ada diduniaku
Dan aku mengagumi duniamu
Sertaku ingin lahir diduniamu dan beranak di perpaduan bumi rahim kita
Bumi terus akan bangkit dalam sapaan matahari dan bulan
Dan membangunkan auraku dengan wewangian suara suara perkasa
Degap desir pantai disore ini masih menyuaraiku
dalam tenangnya angin yang memebelai lelahku
setelah panat menggali siang dan mengejar matahari
angin teriakan la harapanmu terus untukku
dan ketika kau lelah jangan lupakan aku dikesunyian sore ini
aku
Aku masih saja disini
diriuh semangat pantai sambil menyasikan anak anak menari dengan ombak
setinggi bola bola riang yang terhhutal tinggi setingggi harapan
dan teriakan teriakan pastinya
pandanganku menghabiskan kelapa muda yang tak sabar menyajikan rindu untukku
semoga saja riang dan kesetiaan yang membelai nyawaku
masih akan selalu mampu menyampaikan pesanku ntuk malaikat sore ini
Sebatang pohon yang telah meyerahkan dirinya untuk megabdi
Menjadi gerobak harapanpada Seorang tukang gerobak
yang membelai harinya
dengan kulit lusuh kecoklatan
dan urat nadi yang terus mengalir
dan berbaris tersendat sendat oleh perpacuan jos dan kenalpot
ada wajah yag masih ku kenal dizaman keram ini
dalam layang terbaring di tangkai gerobak lusuh
sambil berkipas kipas ratapan yang tak berujung dikebisingan kendaraan yang berdegap mondar mandir membelai lelahnya
kulit lebamnya menggambarkan peta perjalanan hidunya
tetapi tetap saja ia kehilagan jejak
ditelapak kaki yang telah kebal oleh panasnya aspal perjalananya
dan langkahnya semakin tebal oleh nasip yang semakin bebal
angso duo yang tak pernah mati terus merasakan asin keringatnya
tetapi zaman tak sabarmengejar metropolitan dalam kepingan ruko ruko
February 12,2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar