Minggu, 26 Oktober 2008

Puisi – Puisi Ramayani Tahun 2008


Perempuan yang tertawan disepucuk jambi diperjalanan malam 16

Aku perempuan yang tak lagi perawan oleh tuan yang dermawan

Aku melihat langit begitu terang melayangkan angan yang terbang

Tapi matahari begitu terik dalam riang yang ingin kugapai

Dan berita menunggu riak riak yang menunggu dipelabuhan

Aku lupa adat istiadat dan martabat karna kilau yang lebat

Aku terlempar oleh malu yang telah tergantikan oleh rok mini

sarung dan baju kurungku disimpan oleh ketua adat

untuk upacara mengenang legenda negeri beradat

tapi aku harus bertahan hidup

dari ribuan kalimat kalimat kusam

yang tak pernah menyisakan kata dan nyawa untukku berangkat

mulutku telah tertawan

kaki ku telah bercawan

hatiku terus berkaca kaca dan meneteskan darah

karna luka yang kupendam

aku hanya menjadi mimpi buruk yang ditinggali oleh malikat

yang merengggut mimpi dalam jalan yang telah terpotong

adakah peci putih itu memeberikan doa untukku kembali

walau dengan mata yang setengah terbuka pasangkan jilbab di kepalaku ya ….alim

telah berjuta juta butir keringat yang ku simpan mencari fiqih yang mengembalikanku

kalau ayat ayat tuhan itu terlalu jauh dariku

kenapa nadi ku belum berbatas

bukankah ada ruang untukku memakai kembali sarung dan baju kurungku

agarku mampu menyunggingkan senyum dalam lenggang riak batang hari

dan menyunting jari nan sepuluh untuk negeriku

Padang,3 April 2008

Dongeng Negeri mimpi

Aku menyaksikan berpuluh puluh jrigen minyak tanah berbaris dalam saksi layer kaca

Ataupun Penggorengan yang mengingatkan kita pada teriakan lelah para ibu

Minyak sayur terbang menari nari dalam permainan rupa yang semakin tak waras

Kelelahan mengirimkan pesan tak beralamat

Karena alamat sering saja tak tepat karna singgah oleh nuraniyang semakin mengecut

Ruang ruang negeri ini semakin tak kukenal

Nasi telah berubah aking yang berpose dilayar kaca

sembari liur wisata kuliner dinegeri dongeng para raja yang berpesta

Menemani santap siangnya dalam Menyambut kemenangan di kursi yang empuk

tikus tikus yang bertahta semakin tertatar serupa menyongsong keseragaman

Seragam Colklat, hijau ,kuning ,ataupun abu abu

serentak berdemo kebohongan yang berjamaah dalam adonan system yang gila dimeja hijau menjujung uang yang telah menjadi berhala

hingga mataharipun semakin panas tanpa nabi yang terbawa menyenteri jalannya

duka jaman semakin telanjang dan terpampang kenegeri seberang

membanggakan kulit kulit ari pejuang tua yang semakin gelap

Sujud telah kering ,air mata telah hanyut oleh banjir

Busung lapar tergelepar dinegeri yang subur

Gempa dan longsorpun ikut serta mengguncang kepekasan negerii ini

Tapi

Apakah badai yang bergandengan dengan hujan tak jua menghantarkan kita untuk bangun dari mimpi buruk ini?

Terjagalah engkau hati yang terselimuti mata yang basah

Cucilah muka mu dari bulir bulir kerak malam negeri ini

Agar kau tak melihat batik menyelimuti mayat mayat

yang menghias layar kaca diseluruh dunia

Atau tempe yang tak berkedelai lagii

Padang,February 25 2008

Sapa awan siang ini untuku

Hai adakah kau lihat langit siang ini begitu cerah?

Dan aku silayang laying biru meyatu dengan langit

Adakah kau baca hadirku ?

Yang meraba langit sejak hatimu menyatukan harapanku

Dan kau !

Kemarilah dengan sayap awanmu

Kusambut kau dalam belaian geliat awan siang ini

Lunaskan letihmu meningggalkan lara yang merah

Ada banyak warna yang kan hadir nanti

Mawarku akan bermekaran

Embun telah terbang

Bening pepohonan akan menakjubkan

Dan kita akan berlari lari dalam belaian angin

Melupakan keringat yang telah beku

Setelah itu kita lahirkan lagi jejak baru

Dalam perjalann jarum jam yang tak tertahan

Terus melahirkan keringat dan berdetak

Ayo sayang sambut tanganku dalam gelora hangatmu

Kan kusebut kau dalam setiap sapa dan salam

Padang, Januari, 14 2008

SENJA

Lihat!

Selembar daun gugur dilayangkan angin yang lalu lalang

Menghantarkan diujung jemari kakiku yang terus saja sayup

Meraba goresan kering dari kepalaku

Dan ia menatapku begitu pana memelas

Dan membisik dalam getar dadaku yang ingin berteriak,

hingga kulai bibir mupun berkata

“Jangan biarkan aku jatuh di bumi yang basah tanpa kata yang pasti!”

Sementara

senandungku terus saja jingga oleh senja yang tak sabar menjemput malam

Hingga mawar ditaman ku menyisir kelopaknya

Dan getaran itu tak terelakan lagi

Tersiram oleh cucuran hujan dibulir bulir bulu mataku

Dan Kata gundah terus tertabur

Kata apa yang akan kupilih untuk menghibur ribuan kalimat yang kusam

Maret 6 2008

Sayap Sayap Ombak sore ini

Pada pandangan yang begitu dalam

kesudut biru

Aku menantimu dalam pesona gemuruh riuh pantai sore ini

Seperti Geliat laut yang mengejar pantainya

Ak pernah habis

Aku ada diduniaku

Dan aku mengagumi duniamu

Sertaku ingin lahir diduniamu dan beranak di perpaduan bumi rahim kita

Bumi terus akan bangkit dalam sapaan matahari dan bulan

Dan membangunkan auraku dengan wewangian suara suara perkasa

Degap desir pantai disore ini masih menyuaraiku

dalam tenangnya angin yang memebelai lelahku

setelah panat menggali siang dan mengejar matahari

angin teriakan la harapanmu terus untukku

dan ketika kau lelah jangan lupakan aku dikesunyian sore ini

aku kan setia menggeraikan rambutku untuk selalu kau belai

Aku masih saja disini

diriuh semangat pantai sambil menyasikan anak anak menari dengan ombak

setinggi bola bola riang yang terhhutal tinggi setingggi harapan

dan teriakan teriakan pastinya

pandanganku menghabiskan kelapa muda yang tak sabar menyajikan rindu untukku

semoga saja riang dan kesetiaan yang membelai nyawaku

masih akan selalu mampu menyampaikan pesanku ntuk malaikat sore ini

padang ( Taplau) Januari 23,2008

Ada tetesan keringat di sepanjang jalan angso duo

Sebatang pohon yang telah meyerahkan dirinya untuk megabdi

Menjadi gerobak harapanpada Seorang tukang gerobak

yang membelai harinya

dengan kulit lusuh kecoklatan

dan urat nadi yang terus mengalir

dan berbaris tersendat sendat oleh perpacuan jos dan kenalpot

ada wajah yag masih ku kenal dizaman keram ini

dalam layang terbaring di tangkai gerobak lusuh

sambil berkipas kipas ratapan yang tak berujung dikebisingan kendaraan yang berdegap mondar mandir membelai lelahnya

kulit lebamnya menggambarkan peta perjalanan hidunya

tetapi tetap saja ia kehilagan jejak

ditelapak kaki yang telah kebal oleh panasnya aspal perjalananya

dan langkahnya semakin tebal oleh nasip yang semakin bebal

angso duo yang tak pernah mati terus merasakan asin keringatnya

tetapi zaman tak sabarmengejar metropolitan dalam kepingan ruko ruko

February 12,2008

Puisi – Puisi Ramayani Tahun 2007


Kita

karena kita adalah cinta dari perkawinan mendung dan hujan

kita juga lahir dari kesetiaan cinta antara nafas gerimis dan dingin

hari ini aku akan memahatkan namamu

atas nama kesetiaan

dan kita alirkan jiiwa kita

hanyut ke laut keikhlsan

dan kita jemput tangis bayi esok pagi

janury 2007

Sebuah penawar yang membuatku mencari rasa

kau menawarkan ku pada sebuah tempat yang tak ku mengerti

aku melihat dan tersenyum dan acuh

langkahku tertuju pada sebuah gedung putih

yang begadang sepanjang jaman

sejak belanda bertahta di negeri ini,

dan ketikaku melangkah pada

sebuah tangga tanggo rajo

ditepian sungai batang tebo

aju hanya melihat berpasang pasang remaja saling menawar rasa

yang mereka sendiri tak tau sampai dimana

sejak dalam jejak yang entah masih terasa atau tlah hambar

Tapi kau juga masih terus menawarkan ku pada tempat tempat yang lain

Tempat tempat yang membuat rasaku semakin terasa

Aku mulai merasakan sesuatu yang ingin kucari

Aku mencari rasa yang sedikit terbau dlm jalanku

Tetapi hanya langit yang masih setia memayungiku

Walau terkadang terang terkadang gelap,

dan juga rintik rintik yang membasahi

mereka terus mengalir di ragaku sampai aku terus terlelap

January 2007

Catatan Musim Duka

Ada aroma yang begitu padat yang kau taburkan dikota ini

Kau kian menggulirkan mentari disini

Dengan ketulusan hatimu yang terus bersemangat

Mengangkat langkahmu

untuk terus mewarisi kota ini dengan makna

tetapi tiba tiba

jarum jam dlm detak nafasmu telah terhenti

kota ini menjadi termangu

hanya butiran butiran air mata yang begitu deras

diujung para bulu mata yang telah berkisah denganmu

menghantarkan kau pada indahnya taman tuhan

ribuan syair doa dan butiran zikir memenuhi pusaramu

ooh

musim duka yang selalu ada……………

kenapa kau terlalu bersemangat memuja kecewa kami

padahal kami masih berharap

kami ingat ketika lembutnya uluran dan belaian tanganmu

menyentuh rasa ini

walau begitu banyak luka yang tergores

atau permainan yang mengobrak abrik langkahmu

di panggung sandiwara ini

yang berbau bermacam macam aroma

aroma yang terus mengendap dan merayumu dalam bisik asa mereka

tetapi

wajahmu tetap saja tenang

wajahmu begitu hening membias di sudut sudut kota ini

walau belum sempat kau mengikrarkan harapan baru mu itu

tapi kau telah bertatahta dalam harap masa

kau telah mencatat jejak mentari untuk kota ini

terpancar dari potretmu yang beribu nafas tulus lugu mu

Tidurlah dengan tenang dalam irama zikir dan doa

yang menina bobokanmu

walau tanpa mimpi lagi

Muara tebo, 17 Juli 2007

Kegelisahan para panci dan penggorengan

Para panci dan penggorengan termangu

Didapur lusuh para ibu

Meratap parau pada keringnya kerak dapur

Ibu ibu yang tak sempat menggoreng lauk pauk

Yang memperindah tudung sajinya

Minyak semakin mongering oleh drakula perekonomian di negeriku

Sementara harga semakin berpesta serakah

Nyanyian Penggorengan itu semakin sayup sayup sunyi

kehilangan nyaring

berganti omelan omelan yang menjadi cemilan para bapak setiap hari

dan para bapak tetap saja tenang

dan berkata sabaaaarrrrrr

sambil membaca Koran

dengan asap rokok yang mengepul diruangan yang sesak

setelah kenyang makan siang warung

dengan cemilan cemilan baru bersama teman teman kantor

muara tebo 9 juli 2007

Lalat besi yang mendarat di kampungku

Kudengar gemuruh disiang hari

Anak anak dekil berkeriangat dalam nafas riang

yang sedang bemain kelereng

terperanjak menatap keawan yang tiba tiba bergemuruh

berkecicilan berlari mengejar riuh yang hadir

kendaraan yang lalu lalang terhenti dan berjalan ke jalur yang lain

gerumulan aktifitas terhenti

dan berbondong bondong terpesona

dalam gerombolan tatapan penasaran

bak sebuah hiburan selayang

yang melayang dan mendarat di kampungku

wah kayak yang di tipi yo…..

muara tebo 19 juli 2007



Kemerdekaan Negeriku “ Indonesiaku “

Dalam syair yang pecah dimalam sunyi

ku kecup kening negeri ini

dalam anggunnya angin malam ini

menghafal hayalku setiap malam

yang selalu menanti pagi

tetapi tetap saja surut oleh malam

sejagat raya nafasku tlah terkumpul

untuk negeriku

beribu ribu aroma suka duka yang kuhirup

kusuka maupun yang tak kusuka

negeriku

Kau begitu mempesona

Takala merah putihmu berkibar dengan perkasanya

Dalam senandung patriotisme lagu kebangsaan

memanggil kami tuk kembali

dalam satu kesatuan Indonesia

Tapi dalam kalut malam kau begitu terhina

takala demonstasi yang merusuhkan rasa

dengan senandung kemunafikan dunia

dan korupsi yang tersebar di setiap sisi negeri ini

dalam setiap helai tingkat social masyarakat

yang terus saja menjajah negeri ini

oh negeriku

terjaglah engkau dari mimpi yang tak jua bermusim

oh Indonesiaku

Merah Putihku

Kukibarkan kemerdekaan indonesiaku

Dari sumpah yang kami ikrarkan untukmu

Untukmu Indonesiaku

Terjagalah engkau pemuda Indonesiaku

Ikrarkan tanggung jawabmu dalam bingkai nurani

Agar kau pantas mengibarkan bendera indonesiamu keseluruh negeri ini

Hingga merdeka benar benar milik kita semua

Muara tebo ,Agustus,17, 2007

Suara

Kalau saja ada tempat

Kutitipkan sunyi suaraku

Hanya pada embun yang larut pada siang

Entah dimana suara suara itu

Entah dimana

Apakah aku hanya puing puing masa dalam putaran

Suara yang tlah kupersiapkan berpencaran

entah kemana

paraupun tak terhirau lagi

angin malam ini tetap saja dingin

mengigilkan sunyi ini

yang tak mampu kuselimuti

dalam riangku

dimana

kembalikan nafasku yang berkeliaran

disepanjang malam

terus saja terngiang slide slide musim duka

angin malam terus saja melintas dibenakku

dalam sunyi yang tak bertuan

Jambi 29 juli 2007

Mencarimu

ingin kusurutkan saja pulaumu yang hilang

berlari dalam lambaian selendang

yang melayangkan dedaunan dibelaain rambutku

yang bepelukan dengan matahari

aku ingin berlayar

keruang riang menerbangkan asa yang penuh warna

memanjakan nyawaku dalam rasa yang panjang

hingga tak ada lagi tahi lalatmu yang tak tampak

muara tebo ,agustus 1 ,2007






Ikrar bocah kubu

Tuhan

Kau telah menguatkanku

sejak ikrar janin yang bersyair dalam rahim ibuku

Inilah aku dalam rimbunan darah yang merah

Dalam jasat yang utuh

Aku semakin kuat dalam rimba yang ku puja

Di perjalanan ini begitu banyak duri duri dalam semak yang mengering

Walau tak tersayat tapi memar melukis ragaku

Tuhan

Aku harus bertahan dalam pelayaran air mata darah

yang mengalir disungaimu

Walau sampan kecil yang kukayuh

Tetapi sempat juga bermacam macam pulau yang kulalui

Kau menitipkan mercusuar untuk pesan yang biru

Sebiru laut dalam dalam asmamu yang mengalir di fakir jiwa dan ragaku

Tuhan jika tak sempat waktuku berkata

sampaikan syairku ini dalam akhir episode aroma mawar itu

agar luka tak sempat bernanah lagi

Muara Tebo, Agustus 21, 2007


larut malam dalam waktu yang menunggu

dengan rasa yang penuh

harapan dalam cinta yang terus saja berharap

ranjangku terus saja empuk tetapi sunyi

dalam helaan nafas zikir dan doa

kelelahan yang beribu ribu keringat

mencari kumpulan bibit yang akan bertunas

dalam tempat suci yang kupersiapkan

kutampung terus beribu cita cita itu

tapi kenapa ranjangku tak berteriak

teriakan dan rewelan dan tatapan manjanya…….

Sajadahku basah menampung sujudku

Dalam malam yang begitu hikmat

Tuhan jika memang aku pantas

berikan aku waktu itu……..

Aku ingin terlahirkan kembali menjadi perempuan

Yang telah kau takdirkan untukku

Muara Tebo, 26 maret 2007



Rumah pecah

Kita adalah penghuni hati yang lama

Dalam aliran darah yang mengalir ke beribu jasad yang putih

Terus menuai benih benih asmara pada setiap episode

Ada warna yang tertawarkan dalam cahaya air mata

Yang tekadang menaburkan peluh

Walau kamera tak tertuju pada kita

Tapi kita terus saja menpeermainkan sandiwara

yang lupa akan scenario

kau terus saja menayangkan lenggang detak jantung

yang terus berdenyut dinadi nadi nurani

kita semakin terpesona oleh solek tertabur rapi

dan kita semakin sibuk oleh panorama panorama yang begitu menjanjikan

kau utuh aku membungkus bingkai




Kau

Kau adalah sayapku yang membawaku terbang

Dalam hangatmu aku mendekap erat didadmu yang ranum

Begitu terbuka menawarkan kisah

sebelum senja berpaling kemasa kita

kita wujudkan harapan dan rumah disurga nanti

ayolah sayapku kita terbang

biarkan mereka merekam cerita kita

walau hanya sebagai saksi kerdil ditaman hatinya

tapi kau dan aku adalah sebuah cerita besar di istana cinta kita

angin akan mengabari cerita ini kepada awan

ataupun matahari yang semakin hangat akan gelora kita

oh angan yang ku jantungkan untuk keabadian cinta

dalam rasa yang sama di beribu butir panah panah asmara

yang terus menggairahkan nyawaku untuk mengusir perih

udara yang takbersahabat

atas nama ranumnya hati yang ku titipkan dijari manisku dan jari manismu









Negeri jambi

Tanah kelahiranku tempat curahan kasih sayang didada hangat ibuku

Mengaliriku beribu nutrisi aroma susu yang begitu semerbak

Melekat dinuraniku

Puisi – Puisi Ramayani Tahun 2006


Muaro tebo

Dalam Nyanyian kehadiran

ku peluk kau tahun ini

dan kukawinkan kau pada harapan harapanku

Bersemi Menyelusuri dari rimbamu yang cantik

dan geliat aura bumimu yang wangi

kini kita berdendang dalam gelombang riak batang tebo dan batanghari

menyeluri pemukiman yang luas dengan puri puri yang indah

tlah kita siapkan tuk kita huni

setelah itu kita lahirkan anak anak kita

dengan beribu bahasa cinta

dan kepercayaan

untuk mampu terjaga dan menjaga

lalu, bersiaplah mengemas sepatu dan toga

untuknya masuk dalam satu barisan

agar ia menjadi pangeran dinegeri ini

membawa pesan sultan taha

dan berlayar menyelusuri beribu kepulauan

menaburi muara tebo dengan jutaan hayal

yang tak terputus putus

hingga bumi begitu mengaguminya

Bohemian Muara tebo, 20 oktober 2006

Langkahmu

Derap langkah fikirmu

Mengguncang semak semak yang sesak dalam dada

Mengalirkan suara suara

Dan mengisi ruang ruang yang kosong

Dari keelokan raga negeri ini

Genangan genangan peristiwa kusut surut

Pada sebuah kebijakan yang beraroma kenangan

Pagar pagar dan kerikil yang menebar

Kau tebas dengan uluran lembut jemarimu

Tiang tiang nama kebesaran

kau pancangkan pada setiap sudut jalan

ayat ayat tlah kau persiapkan

Menyongsong surya untuk anakmu

Teriakkanlah garangmu ke seluruh angkasa

menjemput pelangi muklzizat di negeri ini

usah lelah mencari

usah lelah menggali

usah lelah menintin kami berjalan

agar kami mampu berjalan sederap langkah fikirmu

Bohemian muara tebo, oktober 20,2006

Puisi – Puisi Ramayani Tahun 2004

Kepadamu

Kukirimkan pesan ku

dalam penggalan layar pesanan singkat ini

Saat hujan menyayam kesedihan

Dan ku terapung airmata yang tak jua lelah

Ku ingin kau membaca barisan air mata yang melangkah di bulu mataku

Atau gelombang gerhana yang menghias ruanganku

kuPastikan dari binar binar mataku yang meredup

akan warna warna adan angka angka yang mereka Janjikan pada kita

tolong kirimkan warna warna yang pasti

untuk Indonesia

dengan angka angka yang pasti

Resume Tahun Baru

Tahun Baru lembaran baru yang terbentang

Dijalan jalan terus menerawang ke beribu peristiwa

Kita mencoba berhayal lembaran baru ini

Akan mengubah dunia

Kita tulis kan Selamat datang

Tahun yang baru menghapus ngilu tahun yang lalu

Kita selipkan bunga bunga harapan itu ditelinga kita

Dan akan selalu bermekaran didada

Mengubar cinta penuh harapan yang selalu bersemi

Sajak sajak selalu akan tumbuh

Dan bunga bunga yang selalu kau beri dipagi hari itu

Tak akan pernah layu

Harum selalu tercium

Walau kesibukan membuat kita lupa tuk menghirup

Selamatkanlah dunia dengan beribu pesona bathin

Dengan selalu meresapi mata hati kita

Dan sejahteralah semua yang sanggup menahan diri

Dan memeberi ruang kepada sesama

Untuk saling mampu menghirup udara kedamaian

Datanglah !

kibarlah apa yang kau rencanakan

Hari ini kita semua kembali bersatu

Dan kita sadar persatuan bukan kebohongan

Ada rasa yang begitu mendalam

Karena inilah hari yang dirayakan seluruh dunia

Lintas perbedaan mengalahkan semua sengketa

Dan kita semua akan selalu ingat

Dan tersenyum bersama

Mengenang peristiwa sungguh begitu pasti ini

Bohemian Jambi Dec 23,2004

Potret Tua

Potret tua yang terpampang didinding lusuh

Membisik padaku kalimat penasaran yang berbisa

Menari menggeliat dan menghipnotis fikirku

Ditiap helai didinng yang bersandar lelah

Bergerumul cerita dengan berjuta kata

yang membangun kalimat-kalimat dashyat

dari sepasang mata yang menatap tajam

dari potret yang terbingkai kokoh

masa yang menggambarkan peristiwa nyata

yang melukis kenangan yang menyelubung ke sudut hati

Tak lagi hanya memerlukan rasa

Tak pernah merasa lengkap sebelum kemusnahan itu ada

Aku yang selalu menginginkan keabadian

Dalam rangkulan sejarah yang pasti

Dan pantas untuk selalu menyucurkan air mata

disungging bibir haru

walau dinding itu selalu berganti balutan warna

potret tua tetap selalu bercerita sejuta sejarah

ketika kita tak hanya sekedar melirik

Bohemian Jambi Dec 23,2004

Aku ingin mencium bau adam

Dalam birahi yang selalu perkasa

Membentang dada menyambutku dalam pelukan hangat

Dan segalanya akan menjadi begitu indah

Rona mawar tersungging dibibirku

Menyusun rapi harapan harapan baru

Tak mesti lelah dalam berhayal melulu

Aku menanti waktu yang tertunda

Dimana bendera kebersamaan yang abadi berkibar perkasa

Disetiap jalan

Cinta memang tak selamanya pahit,tak selamanya indah

Dan juga tak selamanya membingungkan

Cinta hanya pantas dijalani bagi manusia

yang selalu ingin berbagi kesempatan

dan selalu ingin melengkapi hidup

karna kita tak pernah selalu sempurna

bau adam dan hawa akan selalu pasti dalam cinta

akan selalu pasti pada sebuah ikatan bathin

yang dipersatukan dari segala kekurangan dan kepercayaan

aku ingin mencium bau adam

dari sebuah kenyataan

bahwa cinta itu memang nyata adanya

dan selalu bermekaran dihati

hingga pantas untuk selalu dikenang

Bohemian Jambi, Dec 23,2004

Pesan air susu ibu 2

Maaf kan aku ibu

Aku hanya mampu mengukir kekecewaan

di ketidak berdayaanku melawan keaadaan

terus lah mendoakanku ibu

untuk selalu menjadi diri yang sempurna

karna pesan air susumu yang kumaknai

tetap selalu mengalir di sekujur tubuhku

berjuta harapmu selau menderu dalam bathinku

untuk selalu mampu aku wujudkan

walau aku harus mampu mempertahan kan caraku sendiri

relakan aku untuk mampu merapikan hidupku

Kecuplah selalu pesan mu dikeningku

Untuk ku selalu berfikir kalau aku punya cinta

Dan aku akan selalu berharga

Hingga berarti bagi dunia

Maafkan anakmu

yang begitu peka terhadap dunaiku sendiri

restumu begitu ku agungkan dalam nyata

higga jalan ku terbuka lebar

dan sajadah panjang mampu kulalui

dengan langkah yang pasti

dan ku ajak kau berpesta rona mawar

dalam kehangatan pelukanmu

hingga sakitmu terobati

dan kulikis kan senyummu dihatiku

yang selalu setia memberi arti

Bohemian Jambi, Dec 23,2004

MIMPI

Tadi malam aku bermimpi aneh sekali

Digedung parlemen yang rapat adalah para nabi

Dengan tubuh yang telanjang tanpa kemeja dan dasi

Membuat undang – undang kesejahteraan

Tanpa perlu secawan annggur dan dokumen kemunafikan

Lampu lampu jalanan begitu terang dan bersih

Aku berjalan berlari lari dan menari nari

Di jalan jalan ibukota

tanpa melihat kendaraan yang penuh dan terlelah lelah

Lampu lampu itu dengan sempurna menyorotkan terang

Gedung itu seperti pertunjukan teater terbuka yang spektakuler

Dan meyakinkan

Dan gedung itu begitu dekat dengan rumahku

Hingga aku bisa setiap saat bisa diterima datang tuk cerita

Akan keluhan Dunia

Tapi ketika ku terjaga

Selamat Pagi Indonesia Megerutu Ribuan Keluh Indonesia

Bohemian Jambi, Juli 21,2004

PEREMPUAN DI BAYANGAN HITAM

( mencoba menembus dunia damai )

Suaramu begitu lantang mengerutu

Dimasa yang begitu penuh udara amis

Musim duka yang melelahkan

Kau berjalan dengan memikul bayangan masa lalumu

Yang membuat kau nyeri tuk menghirup tenang

Walau senyum yang merona kau coba sinarkan

Tetap saja kisah hidup itu memar dikeningmu

Membuat kau sungkan menatap tulus kehidupan alami

Peristiwa pekat dengan riuh musik dan minuman keras

Terus membayangi menganyam keraguan

Terpaksa kau dihempas kebimbangan

Juga menuai ribuan cemooh

Yang menampar,memerahkan telinga

Dan menyayat jantungmu

Hingga kau terbiasa dan terbukti pasti

Maka bayangan hitam itu kan memudar dikeningmu

Bohemian Jambi, Juli 21, 2004

TENTU SAJA

Seharusnya kau tau

Ketika burung besi menderu kepalamu

Kutinggalkan kau dengan sebentuk rona senyum dan wangi rambutku

Dan tak ada yang berhak mengikatku

Dengan beribu janji yang ditayangkan dibenakku

Aku terlanjur menikmati sajadah panjang

yang telah membentang di jalanku

Kau hanya mampu merekahkan senyumku sesaat

Dengan bahasa mawarmu yang puitis

Mendeskripsikan tentang aku pelangi

Membuat tubuhku lunglai sejenak

Setelah ku tiba dibumi ku

Aku disambut dengan wajah yang penuh cemas

Mengurungku lagi

Tentu saja

Hapus saja ribuan puitismu

Untukku, pudarkan dibenakmu

Karena kau begitu tak berhak

Kau menjadi indah karna kau tidak selamanya hadir

Kau hadir hanya pada saatku lelah dan putus asa

Dalam pertemuan yang terlalu singkat

Hingga kau menjadi sempurna

Bohemian Jambi, Juli 22, 2004

Walaupun

Aku ditakdirkan tuk memerankan peran yang tak kusukai

Disandiwara kehidupan ini

Tetapi tetap saja kutebarkan rona senyum

Yang meriangkan dunia

Kulupakan rintik airmata

yang bercucuran di ujung bulu mataku

Kubasuh kakiku dengan kumpulan harapan

Dan kumelangkah dengan seonggok tulus asa yang ku tampung

Hingga jejaku melahirkan beribu harap

Beribu haru

Yang nanti anakku tetap bahagia tuk terus mencari terang

Diribuan peristiwa

Kan ka bertemu

Bohemian Jambi,Juli 21, 2004

TEMBANG LANGKAH

selamat tinggal

Kau menggambarkan derai hujan diterik matahari

Ketika mata tak pernah puas memandang

Ketika telinga tak pernah lelah mendengar

Ketika mulut tak lelah terkatup katup

Dengan hujatan hujatan

Darah tetap saja mengalir

pada nadi yang tak berembun

Pada lelah harap

Dipipa pipa selokan dan got got

Yang mengalir rapi

Hilang terbawa aliran waktu

Dan kita hanya mampu

Menghirup udara amisnya

Dengan senyum mawar

Yang tak henti menawar debu

Bohemian Jambi, Juli 20, 2004

BULAN YANG KUYUP HADIR PADAKU

Tubuh yang kuyup diguyur hujan

Menggigil mencari dekapan hangat

Dengan wajah putih kelabu

Dan rambut yang keluh dijarah angin malam

Aku terbaring di bumi diselimutu langit

Bagai peziarah yang tak tau kemana arah tujuan

Bulan yang lusuh hadir padaku

Butir butir air mata gugur

Cukup deras

Sederas hujan

Ditepi tepi bulu mataku

Desah nafas yang berhamburan

Menghitung mimpi mimpi

Yang tak pernah menjelma

Bohemian Jambi, Juli 21,2004

GUYURAN BIMBANG

Mampukah engkau mengumpulkan beribu cahaya

Tuk membuat aku yakin kilau sucimu

Jika kau mampu membawaku terbang jauh

Aku kini terpental jauh dari nyata

Dikeputus asaanku yang bergemuruh

Kau mengetuk dan menyapaku

Dengan beribu penjelasan janji maya

yang kau tayangkan dibenak dan birahiku

kau terus memburu pikirku

yang ku tak mampu lari

hingga akupun lumpuh dalam jaringmu

duniaku kelam dan matakupun buram

aku kehilangan kata mawarku

aku hanya mennyisakan duri ditangkai ku

yang mampu ku ikrarkan

aku masih menikmati keluh

matahari yang setia terbit tak terasa berarti

bulan hanya bayangan malam

sulit bagiku membingkai malam indah tuk dikenang

dan kupun terbungkus sesak

dalam bayang bayang kebodohan

Bohemian Jambi, Juli 5, 2004

PELUKAN BUKIT CINTA

Peluk lah aku damai

Kata samudera pada bukit

jangan tak setia

seperti pantai pada laut

yang suka melacurkan diri pada ombak

Hangatkan jiwa dengan surya yang pasti

Dan senyum rembulan

Yang membungkus Suka

hangatkan jiwa rapuhku

dibumi ini

hingga kita mampu menggapai langit

Bohemian Jambi,Juli,22.2004

SEBAGAI PEREMPUAN

(Seharusnya Hawa berpesta rona mawar )

Aku bangga berkelamin perempuan

Memiliki keindahan

Ditiap titik sekujur jasad

Tuhan tlah memahat tubuhku sempurna

Beribu make up dan assesoris bukan topengku

Hanyalah penjaga tatanan keindahan

Wujudkan syukur

Aku damai menyuggukan secangkir kopi dipagi hari

Dan menghapus keringat Suamiku di tuk terus melangklah

Menjaga rembulan malam panjang

Dengan rona senyum tulus yang berkepanjangan

Menjaga benih yang ditanamkan dari bumbu bumbu cinta

Dari rahim hingga memupuk pikiran

dan perkembangangan kedamaian jiwa di dunia nyatanya

Penjaga rumah yang hangat dengan sajian

Tembang cinta

Kuhias Rumahku dengan bingkai kecerahan mentari

Dan bulan sebagai lampu teplok di pondok malam

Menabur bunga-bunga difikir hati

Aku bangga memepertahankan

Sajian makanan yang bercita rasa tinggi

Bersemangat menguras keringat dengan kesenangan jiwa

Dan tidur disofa surga abadi

Untuk Suami dan keluarga tercinta

Tapi akupun bangga Sebagai perempuan

Menjadi ratu dikarierku

Walau takdir pereempuan ku tetap terjaga

Lemah ku menyuburkan beribu kekuatan

Bohemian Jambi, Juli,23.2004

suara hampa suara

dimanakah ?

nyanyian nyanyian kosong

puisi kehilangan kata

menangis tanpa air mata

tertawa tak terbahak

menari tak berirama

menyanyi kehilangan lirik

membaca kehilangan mata

menulis lupa huruf

menghitung kehilangan angka

berjalan kehilangan kaki

kini ku memeluk angin

diatas aliran air matamu

melipat bulu matamu yang terbujur

dalam genangan deras hujan

maafkan………………..

Bohemian Jambi, 3 April 2004

Puisi-Puisi Ramayani Tahun 2003


Galau

(malam ini )

Aku teronggok dibumi

Sambil menghadap ke kiblat kehidupan

Aku merasa mengambang diudara gelap gulita

Seakan saja mabuk dan mati rasa jasadku yang tak berdaya

Dunia lenyap

Segala peritiwa berlalu

Aku mencari kehangatan

Yang mendekap kulitku

Yang bisu ternganga dan kaku

Bohemian Jambi, 1 april 2003



Kepadamu

Kukirimkan pesan ku

dalam penggalan layar pesanan singkat ini

Saat hujan menyayam kesedihan

Dan ku terapung airmata yang tak jua lelah

Ku ingin kau membaca barisan air mata yang melangkah di bulu mataku

Atau gelombang gerhana yang menghias ruanganku

kuPastikan dari binar binar mataku yang meredup

akan warna warna adan angka angka yang mereka Janjikan pada kita

tolong kirimkan warna warna yang pasti

untuk Indonesia

dengan angka angka yang pasti




PERBEDAAN

Aku mewarnai pelangi pelangi dilangit harapan

dan cita cita

tapi kau menurunkan matahari

aku memilih rembulan di malam ketenangan jiwa

tapi kau mendatangakan gerhana

sampai matahari yang menyambutku

dengan senyum di pagi hari

kau akhiri dengan mendung dan hujan badai

perjalanan yang kita lalui

dengan langkah jam menit dan detik

begitu tertipu dengan asamu yang memburamkan makna

kita hanya memiliki prasangka yang tak pasti

kehilangan tujuan

dan harapan yang luntur

oleh derasnya tamparan duka

kita kehilangan perbincangan

kita hanya mampu menyisikan garam dalam laut

dalam perjalanan kita

kita penjelajah yang bekiblat arah masing masing

dan mencari jiwa yang baru

Bohemian Jambi, November 10, 2003

TAWANAN POSESIF

Dalam layu dan lumpuhku

Semangat bathinku ingin menggapai

Bendera masa depan yang kutancapkan

Disetiap lorong dunia yang kujalani

Tapi aku belum juga mampu

Menancapkan tiang benderaku di sebuah pemilik rumah angker

Disebuah lorong cintaku

Yang selalu mengejarku dengan prasangka

bayangan yang tak jelas akarnya

tuk melumpuhkan setiap denyut denyut nadi jantungku

dan dimaspun melayangkan pesan puitisnya di layar pikiranku

‘’ denyutkanlah namanya niscaya dia berdenyut dalam nurani’

ya aku hanya mampu memompa jantungnya yang sulit berdenyut tanpa ruang yang lapang

dengan segala prasangka ku yang indah agar ia mampu berdenyut dengan nurani udara segar

yang ku keluarkan dari ikhlas cintaku

namun

hanyalah udara yang tak berguna

seperti udara yang ia keluarkan dari pantatnya,

aku pun berusaha tersenyum, toh itu juga kebahagiaaan

nantinya

tapi anak sipemilik rumah tetap saja

mengurungku disangkar cintanya di lima tahun masa

seperti” kesetiaan atau kebodohan”

dan dimasa yang dilalui dalam kurungan sangkar

kupun memepelajari tentang anak sipemilik rumah itu

ia pejantan yang keras kepala

menatap hidup dengan pongah

dan merasa yakin mampu melindungiku dari mangsa

pecinta liar

yakin mampu mencumbuku dengan perhatian

dahaga cinta yang hilang dariku

ya kasih sayang dan keposesifan yang mengukungku

namun belum juga mampu membawaku

terbang menuju rumah baru yang kan di kemas untuk ku

menjalani episode hidup baru yang nyata

hingga kini aku berfikir

egois atau kah cinta

kenapa tidak ia biarkan saja aku terbang

menari nari menikmati masaku

dilorong dunia lain

dan kini aku hanya mampu meratapi

“aku tawanan cinta tak bertali

Bohemian Jambi, oktober 5, 2003

Pelukan itu mengajariku

Bahwa hanya engkaulah yang bisa menghangatkan jiwaku’

Tanpa hanya seonggok birahi riangditungku nafsu

Rebahan kepalaku tersadar damai bersandar

Dari penatnya berfikir

Sambil ku dengar dendang denyut jantungmu mengajakku berdansa

yang berirama suka

dengan hembusan nafar optimis kesegaran

seperti riuh gemuruh hasratmu lima tahun yang lalu

dan terdengar

“ kemari’ sayang ! “ “kurangkul kau manja ! ”

berenaglah di dadaku selalu

tinggalkan keluh kesahmu

banjirkan beribu kata dan tangismu di sini

dilaut cinta kita

lalu kita berlari

dan kita bhanyutkan gemuruh hati kita

di istana baru

lepaskanmu deru sakit yang melilit di kehidupanmu

dan ku bawa kau turun naik

berjuta lembah asmara asmara yang kita bentangkan

di sajadah panjang

dijalan yang akan kita tempuh

lebih jauh lagi dari matamu

dengan damai seperti pelukan ini

pelukan damai tanpa birahi yang menyesakkan benci

Bohemian Jambi, Mei 5, 2003

Perempuan Lapisan Zaman

Ia hidup tak pernah mengubah takdir

Kesetiaan dan kesabaran

Menjaga hati sebuah rumah yang hangat

Demi kenyamann penghuninya

Dengan sajian-sajian kenikamatan dan keindahan

Disebuah rutinitas hati dan jiwa

Ia seorang yang ingin terbang

Tak kala mampu memayunginya

Dan mencoba menghisap bunga liar

Zaman terus saja bertumpuk

Tetapi ia tetap saja menjadi penjaga zaman yang baik

Bohemian JAmbi, Maret 2003

Kau Pergi

Resah pasir membanyangimu

Dengan dengung gerimis ditelingamu

Kini terjawab segalanya

Butiran keristal dimatamu tak lagi membeku dipangkuan mata

Dan kini segalanya menutupi gelisah yang redup

Kau telah berperang dilautan zaman ini

Melawan segala resah dunia

Yang membuat garangmu sumbang

Dinegeri berduri ini

Dan disini aku duduk dengan gerimis air mata yang menyayat hati

Takdir

Kini ingin memungut kembali musim duka yang pergi

Mengubur segala riang

Parasku bagai bulan masai mengenang

Aku masih rasakan slide kehidupan

Dengan bunga-bunga yang kau rangkai dengan tata senyummu

Dan titik warna keindahan yang kau padu pada beribu makna

Dijalan kota yang sering kita lalui ini masih tersisa jejak kaki

Yang merekam khotbahmu

Dan telingaku akrab dengan ribuan bisikan mawarmu

7.30 malam ini telpon tentangmu berdering memekakkan telinga

dan merontokkan aliran darah dimataku

ku tak kan mendengar lagi suara jam dikota ini untuk kita lagi