Kita
karena kita adalah cinta dari perkawinan mendung dan hujan
kita juga lahir dari kesetiaan cinta antara nafas gerimis dan dingin
hari ini aku akan memahatkan namamu
atas nama kesetiaan
dan kita alirkan jiiwa kita
hanyut ke laut keikhlsan
dan kita jemput tangis bayi esok pagi
janury 2007
Sebuah penawar yang membuatku mencari rasa
kau menawarkan ku pada sebuah tempat yang tak ku mengerti
aku melihat dan tersenyum dan acuh
langkahku tertuju pada sebuah gedung putih
yang begadang sepanjang jaman
sejak belanda bertahta di negeri ini,
dan ketikaku melangkah pada
sebuah tangga tanggo rajo
ditepian sungai batang tebo
aju hanya melihat berpasang pasang remaja saling menawar rasa
yang mereka sendiri tak tau sampai dimana
sejak dalam jejak yang entah masih terasa atau tlah hambar
Tapi kau juga masih terus menawarkan ku pada tempat tempat yang lain
Tempat tempat yang membuat rasaku semakin terasa
Aku mulai merasakan sesuatu yang ingin kucari
Aku mencari rasa yang sedikit terbau dlm jalanku
Tetapi hanya langit yang masih setia memayungiku
Walau terkadang terang terkadang gelap,
dan juga rintik rintik yang membasahi
mereka terus mengalir di ragaku sampai aku terus terlelap
January 2007
Catatan Musim Duka
Kau kian menggulirkan mentari disini
Dengan ketulusan hatimu yang terus bersemangat
Mengangkat langkahmu
untuk terus mewarisi
tetapi tiba tiba
jarum jam dlm detak nafasmu telah terhenti
hanya butiran butiran air mata yang begitu deras
diujung para bulu mata yang telah berkisah denganmu
menghantarkan kau pada indahnya taman tuhan
ribuan syair doa dan butiran zikir memenuhi pusaramu
ooh
musim duka yang selalu ada……………
kenapa kau terlalu bersemangat memuja kecewa kami
padahal kami masih berharap
kami ingat ketika lembutnya uluran dan belaian tanganmu
menyentuh rasa ini
walau begitu banyak luka yang tergores
atau permainan yang mengobrak abrik langkahmu
di panggung sandiwara ini
yang berbau bermacam macam aroma
aroma yang terus mengendap dan merayumu dalam bisik asa mereka
tetapi
wajahmu tetap saja tenang
wajahmu begitu hening membias di sudut sudut
walau belum sempat kau mengikrarkan harapan baru mu itu
tapi kau telah bertatahta dalam harap masa
kau telah mencatat jejak mentari untuk
terpancar dari potretmu yang beribu nafas tulus lugu mu
Tidurlah dengan tenang dalam irama zikir dan doa
yang menina bobokanmu
walau tanpa mimpi lagi
Muara tebo, 17 Juli 2007
Kegelisahan para panci dan penggorengan
Didapur lusuh para ibu
Meratap parau pada keringnya kerak dapur
Ibu ibu yang tak sempat menggoreng lauk pauk
Yang memperindah tudung sajinya
Minyak semakin mongering oleh drakula perekonomian di negeriku
Sementara harga semakin berpesta serakah
Nyanyian Penggorengan itu semakin sayup sayup sunyi
kehilangan nyaring
berganti omelan omelan yang menjadi cemilan para bapak setiap hari
dan para bapak tetap saja tenang
dan berkata sabaaaarrrrrr
sambil membaca Koran
dengan asap rokok yang mengepul diruangan yang sesak
setelah kenyang makan siang warung
dengan cemilan cemilan baru bersama teman teman kantor
muara tebo 9 juli 2007
Lalat besi yang mendarat di kampungku
Kudengar gemuruh disiang hari
Anak anak dekil berkeriangat dalam nafas riang
yang sedang bemain kelereng
terperanjak menatap keawan yang tiba tiba bergemuruh
berkecicilan berlari mengejar riuh yang hadir
kendaraan yang lalu lalang terhenti dan berjalan ke jalur yang lain
gerumulan aktifitas terhenti
dan berbondong bondong terpesona
dalam gerombolan tatapan penasaran
bak sebuah hiburan selayang
yang melayang dan mendarat di kampungku
wah kayak yang di tipi yo…..
muara tebo 19 juli 2007
Kemerdekaan Negeriku “ Indonesiaku “
Dalam syair yang pecah dimalam sunyi
ku kecup kening negeri ini
dalam anggunnya angin malam ini
menghafal hayalku setiap malam
yang selalu menanti pagi
tetapi tetap saja surut oleh malam
sejagat raya nafasku tlah terkumpul
untuk negeriku
beribu ribu aroma suka duka yang kuhirup
kusuka maupun yang tak kusuka
negeriku
Kau begitu mempesona
Takala merah putihmu berkibar dengan perkasanya
Dalam senandung patriotisme lagu kebangsaan
memanggil kami tuk kembali
dalam satu kesatuan
Tapi dalam kalut malam kau begitu terhina
takala demonstasi yang merusuhkan rasa
dengan senandung kemunafikan dunia
dan korupsi yang tersebar di setiap sisi negeri ini
dalam setiap helai tingkat social masyarakat
yang terus saja menjajah negeri ini
oh negeriku
terjaglah engkau dari mimpi yang tak jua bermusim
oh Indonesiaku
Merah Putihku
Kukibarkan kemerdekaan indonesiaku
Dari sumpah yang kami ikrarkan untukmu
Untukmu Indonesiaku
Terjagalah engkau pemuda Indonesiaku
Ikrarkan tanggung jawabmu dalam bingkai nurani
Agar kau pantas mengibarkan bendera indonesiamu keseluruh negeri ini
Hingga merdeka benar benar milik kita semua
Muara tebo ,Agustus,17, 2007
Suara
Kalau saja ada tempat
Kutitipkan sunyi suaraku
Hanya pada embun yang larut pada siang
Entah dimana suara suara itu
Entah dimana
Apakah aku hanya puing puing masa dalam putaran
Suara yang tlah kupersiapkan berpencaran
entah kemana
paraupun tak terhirau lagi
angin malam ini tetap saja dingin
mengigilkan sunyi ini
yang tak mampu kuselimuti
dalam riangku
dimana
kembalikan nafasku yang berkeliaran
disepanjang malam
terus saja terngiang slide slide musim duka
angin malam terus saja melintas dibenakku
dalam sunyi yang tak bertuan
Jambi 29 juli 2007
Mencarimu
ingin kusurutkan saja pulaumu yang hilang
berlari dalam lambaian selendang
yang melayangkan dedaunan dibelaain rambutku
yang bepelukan dengan matahari
aku ingin berlayar
keruang riang menerbangkan asa yang penuh warna
memanjakan nyawaku dalam rasa yang panjang
hingga tak ada lagi tahi lalatmu yang tak tampak
muara tebo ,agustus 1 ,2007
Ikrar bocah kubu
Tuhan
Kau telah menguatkanku
sejak ikrar janin yang bersyair dalam rahim ibuku
Inilah aku dalam rimbunan darah yang merah
Dalam jasat yang utuh
Aku semakin kuat dalam rimba yang ku puja
Di perjalanan ini begitu banyak duri duri dalam semak yang mengering
Walau tak tersayat tapi memar melukis ragaku
Tuhan
Aku harus bertahan dalam pelayaran air mata darah
yang mengalir disungaimu
Walau sampan kecil yang kukayuh
Tetapi sempat juga bermacam macam pulau yang kulalui
Kau menitipkan mercusuar untuk pesan yang biru
Sebiru laut dalam dalam asmamu yang mengalir di fakir jiwa dan ragaku
Tuhan jika tak sempat waktuku berkata
sampaikan syairku ini dalam akhir episode aroma mawar itu
agar luka tak sempat bernanah lagi
Muara Tebo, Agustus 21, 2007
larut malam dalam waktu yang menunggu
dengan rasa yang penuh
harapan dalam cinta yang terus saja berharap
ranjangku terus saja empuk tetapi sunyi
dalam helaan nafas zikir dan doa
kelelahan yang beribu ribu keringat
mencari kumpulan bibit yang akan bertunas
dalam tempat suci yang kupersiapkan
kutampung terus beribu cita cita itu
tapi kenapa ranjangku tak berteriak
teriakan dan rewelan dan tatapan manjanya…….
Sajadahku basah menampung sujudku
Dalam malam yang begitu hikmat
Tuhan jika memang aku pantas
berikan aku waktu itu……..
Aku ingin terlahirkan kembali menjadi perempuan
Yang telah kau takdirkan untukku
Muara Tebo, 26 maret 2007
Rumah pecah
Kita adalah penghuni hati yang lama
Dalam aliran darah yang mengalir ke beribu jasad yang putih
Terus menuai benih benih
Yang tekadang menaburkan peluh
Walau kamera tak tertuju pada kita
Tapi kita terus saja menpeermainkan sandiwara
yang lupa akan scenario
kau terus saja menayangkan lenggang detak jantung
yang terus berdenyut dinadi nadi nurani
kita semakin terpesona oleh solek tertabur rapi
dan kita semakin sibuk oleh panorama panorama yang begitu menjanjikan
kau utuh aku membungkus bingkai
Kau
Kau adalah sayapku yang membawaku terbang
Dalam hangatmu aku mendekap erat didadmu yang ranum
Begitu terbuka menawarkan kisah
sebelum senja berpaling kemasa kita
kita wujudkan harapan dan rumah disurga nanti
ayolah sayapku kita terbang
biarkan mereka merekam cerita kita
walau hanya sebagai saksi kerdil ditaman hatinya
tapi kau dan aku adalah sebuah cerita besar di istana cinta kita
angin akan mengabari cerita ini kepada awan
ataupun matahari yang semakin hangat akan gelora kita
oh angan yang ku jantungkan untuk keabadian cinta
dalam rasa yang sama di beribu butir panah panah
yang terus menggairahkan nyawaku untuk mengusir perih
udara yang takbersahabat
atas nama ranumnya hati yang ku titipkan dijari manisku dan jari manismu
Negeri jambi
Tanah kelahiranku tempat curahan kasih sayang didada hangat ibuku
Mengaliriku beribu nutrisi aroma susu yang begitu semerbak
Melekat dinuraniku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar