Minggu, 26 Oktober 2008

Puisi – Puisi Ramayani Tahun 2007


Kita

karena kita adalah cinta dari perkawinan mendung dan hujan

kita juga lahir dari kesetiaan cinta antara nafas gerimis dan dingin

hari ini aku akan memahatkan namamu

atas nama kesetiaan

dan kita alirkan jiiwa kita

hanyut ke laut keikhlsan

dan kita jemput tangis bayi esok pagi

janury 2007

Sebuah penawar yang membuatku mencari rasa

kau menawarkan ku pada sebuah tempat yang tak ku mengerti

aku melihat dan tersenyum dan acuh

langkahku tertuju pada sebuah gedung putih

yang begadang sepanjang jaman

sejak belanda bertahta di negeri ini,

dan ketikaku melangkah pada

sebuah tangga tanggo rajo

ditepian sungai batang tebo

aju hanya melihat berpasang pasang remaja saling menawar rasa

yang mereka sendiri tak tau sampai dimana

sejak dalam jejak yang entah masih terasa atau tlah hambar

Tapi kau juga masih terus menawarkan ku pada tempat tempat yang lain

Tempat tempat yang membuat rasaku semakin terasa

Aku mulai merasakan sesuatu yang ingin kucari

Aku mencari rasa yang sedikit terbau dlm jalanku

Tetapi hanya langit yang masih setia memayungiku

Walau terkadang terang terkadang gelap,

dan juga rintik rintik yang membasahi

mereka terus mengalir di ragaku sampai aku terus terlelap

January 2007

Catatan Musim Duka

Ada aroma yang begitu padat yang kau taburkan dikota ini

Kau kian menggulirkan mentari disini

Dengan ketulusan hatimu yang terus bersemangat

Mengangkat langkahmu

untuk terus mewarisi kota ini dengan makna

tetapi tiba tiba

jarum jam dlm detak nafasmu telah terhenti

kota ini menjadi termangu

hanya butiran butiran air mata yang begitu deras

diujung para bulu mata yang telah berkisah denganmu

menghantarkan kau pada indahnya taman tuhan

ribuan syair doa dan butiran zikir memenuhi pusaramu

ooh

musim duka yang selalu ada……………

kenapa kau terlalu bersemangat memuja kecewa kami

padahal kami masih berharap

kami ingat ketika lembutnya uluran dan belaian tanganmu

menyentuh rasa ini

walau begitu banyak luka yang tergores

atau permainan yang mengobrak abrik langkahmu

di panggung sandiwara ini

yang berbau bermacam macam aroma

aroma yang terus mengendap dan merayumu dalam bisik asa mereka

tetapi

wajahmu tetap saja tenang

wajahmu begitu hening membias di sudut sudut kota ini

walau belum sempat kau mengikrarkan harapan baru mu itu

tapi kau telah bertatahta dalam harap masa

kau telah mencatat jejak mentari untuk kota ini

terpancar dari potretmu yang beribu nafas tulus lugu mu

Tidurlah dengan tenang dalam irama zikir dan doa

yang menina bobokanmu

walau tanpa mimpi lagi

Muara tebo, 17 Juli 2007

Kegelisahan para panci dan penggorengan

Para panci dan penggorengan termangu

Didapur lusuh para ibu

Meratap parau pada keringnya kerak dapur

Ibu ibu yang tak sempat menggoreng lauk pauk

Yang memperindah tudung sajinya

Minyak semakin mongering oleh drakula perekonomian di negeriku

Sementara harga semakin berpesta serakah

Nyanyian Penggorengan itu semakin sayup sayup sunyi

kehilangan nyaring

berganti omelan omelan yang menjadi cemilan para bapak setiap hari

dan para bapak tetap saja tenang

dan berkata sabaaaarrrrrr

sambil membaca Koran

dengan asap rokok yang mengepul diruangan yang sesak

setelah kenyang makan siang warung

dengan cemilan cemilan baru bersama teman teman kantor

muara tebo 9 juli 2007

Lalat besi yang mendarat di kampungku

Kudengar gemuruh disiang hari

Anak anak dekil berkeriangat dalam nafas riang

yang sedang bemain kelereng

terperanjak menatap keawan yang tiba tiba bergemuruh

berkecicilan berlari mengejar riuh yang hadir

kendaraan yang lalu lalang terhenti dan berjalan ke jalur yang lain

gerumulan aktifitas terhenti

dan berbondong bondong terpesona

dalam gerombolan tatapan penasaran

bak sebuah hiburan selayang

yang melayang dan mendarat di kampungku

wah kayak yang di tipi yo…..

muara tebo 19 juli 2007



Kemerdekaan Negeriku “ Indonesiaku “

Dalam syair yang pecah dimalam sunyi

ku kecup kening negeri ini

dalam anggunnya angin malam ini

menghafal hayalku setiap malam

yang selalu menanti pagi

tetapi tetap saja surut oleh malam

sejagat raya nafasku tlah terkumpul

untuk negeriku

beribu ribu aroma suka duka yang kuhirup

kusuka maupun yang tak kusuka

negeriku

Kau begitu mempesona

Takala merah putihmu berkibar dengan perkasanya

Dalam senandung patriotisme lagu kebangsaan

memanggil kami tuk kembali

dalam satu kesatuan Indonesia

Tapi dalam kalut malam kau begitu terhina

takala demonstasi yang merusuhkan rasa

dengan senandung kemunafikan dunia

dan korupsi yang tersebar di setiap sisi negeri ini

dalam setiap helai tingkat social masyarakat

yang terus saja menjajah negeri ini

oh negeriku

terjaglah engkau dari mimpi yang tak jua bermusim

oh Indonesiaku

Merah Putihku

Kukibarkan kemerdekaan indonesiaku

Dari sumpah yang kami ikrarkan untukmu

Untukmu Indonesiaku

Terjagalah engkau pemuda Indonesiaku

Ikrarkan tanggung jawabmu dalam bingkai nurani

Agar kau pantas mengibarkan bendera indonesiamu keseluruh negeri ini

Hingga merdeka benar benar milik kita semua

Muara tebo ,Agustus,17, 2007

Suara

Kalau saja ada tempat

Kutitipkan sunyi suaraku

Hanya pada embun yang larut pada siang

Entah dimana suara suara itu

Entah dimana

Apakah aku hanya puing puing masa dalam putaran

Suara yang tlah kupersiapkan berpencaran

entah kemana

paraupun tak terhirau lagi

angin malam ini tetap saja dingin

mengigilkan sunyi ini

yang tak mampu kuselimuti

dalam riangku

dimana

kembalikan nafasku yang berkeliaran

disepanjang malam

terus saja terngiang slide slide musim duka

angin malam terus saja melintas dibenakku

dalam sunyi yang tak bertuan

Jambi 29 juli 2007

Mencarimu

ingin kusurutkan saja pulaumu yang hilang

berlari dalam lambaian selendang

yang melayangkan dedaunan dibelaain rambutku

yang bepelukan dengan matahari

aku ingin berlayar

keruang riang menerbangkan asa yang penuh warna

memanjakan nyawaku dalam rasa yang panjang

hingga tak ada lagi tahi lalatmu yang tak tampak

muara tebo ,agustus 1 ,2007






Ikrar bocah kubu

Tuhan

Kau telah menguatkanku

sejak ikrar janin yang bersyair dalam rahim ibuku

Inilah aku dalam rimbunan darah yang merah

Dalam jasat yang utuh

Aku semakin kuat dalam rimba yang ku puja

Di perjalanan ini begitu banyak duri duri dalam semak yang mengering

Walau tak tersayat tapi memar melukis ragaku

Tuhan

Aku harus bertahan dalam pelayaran air mata darah

yang mengalir disungaimu

Walau sampan kecil yang kukayuh

Tetapi sempat juga bermacam macam pulau yang kulalui

Kau menitipkan mercusuar untuk pesan yang biru

Sebiru laut dalam dalam asmamu yang mengalir di fakir jiwa dan ragaku

Tuhan jika tak sempat waktuku berkata

sampaikan syairku ini dalam akhir episode aroma mawar itu

agar luka tak sempat bernanah lagi

Muara Tebo, Agustus 21, 2007


larut malam dalam waktu yang menunggu

dengan rasa yang penuh

harapan dalam cinta yang terus saja berharap

ranjangku terus saja empuk tetapi sunyi

dalam helaan nafas zikir dan doa

kelelahan yang beribu ribu keringat

mencari kumpulan bibit yang akan bertunas

dalam tempat suci yang kupersiapkan

kutampung terus beribu cita cita itu

tapi kenapa ranjangku tak berteriak

teriakan dan rewelan dan tatapan manjanya…….

Sajadahku basah menampung sujudku

Dalam malam yang begitu hikmat

Tuhan jika memang aku pantas

berikan aku waktu itu……..

Aku ingin terlahirkan kembali menjadi perempuan

Yang telah kau takdirkan untukku

Muara Tebo, 26 maret 2007



Rumah pecah

Kita adalah penghuni hati yang lama

Dalam aliran darah yang mengalir ke beribu jasad yang putih

Terus menuai benih benih asmara pada setiap episode

Ada warna yang tertawarkan dalam cahaya air mata

Yang tekadang menaburkan peluh

Walau kamera tak tertuju pada kita

Tapi kita terus saja menpeermainkan sandiwara

yang lupa akan scenario

kau terus saja menayangkan lenggang detak jantung

yang terus berdenyut dinadi nadi nurani

kita semakin terpesona oleh solek tertabur rapi

dan kita semakin sibuk oleh panorama panorama yang begitu menjanjikan

kau utuh aku membungkus bingkai




Kau

Kau adalah sayapku yang membawaku terbang

Dalam hangatmu aku mendekap erat didadmu yang ranum

Begitu terbuka menawarkan kisah

sebelum senja berpaling kemasa kita

kita wujudkan harapan dan rumah disurga nanti

ayolah sayapku kita terbang

biarkan mereka merekam cerita kita

walau hanya sebagai saksi kerdil ditaman hatinya

tapi kau dan aku adalah sebuah cerita besar di istana cinta kita

angin akan mengabari cerita ini kepada awan

ataupun matahari yang semakin hangat akan gelora kita

oh angan yang ku jantungkan untuk keabadian cinta

dalam rasa yang sama di beribu butir panah panah asmara

yang terus menggairahkan nyawaku untuk mengusir perih

udara yang takbersahabat

atas nama ranumnya hati yang ku titipkan dijari manisku dan jari manismu









Negeri jambi

Tanah kelahiranku tempat curahan kasih sayang didada hangat ibuku

Mengaliriku beribu nutrisi aroma susu yang begitu semerbak

Melekat dinuraniku

Tidak ada komentar: