Galau
(malam ini )
Aku teronggok dibumi
Sambil menghadap ke kiblat kehidupan
Aku merasa mengambang diudara gelap gulita
Seakan saja mabuk dan mati rasa jasadku yang tak berdaya
Dunia lenyap
Segala peritiwa berlalu
Aku mencari kehangatan
Yang mendekap kulitku
Yang bisu ternganga dan kaku
Bohemian Jambi, 1 april 2003
Kepadamu
Kukirimkan pesan ku
dalam penggalan layar pesanan singkat ini
Saat hujan menyayam kesedihan
Dan ku terapung airmata yang tak jua lelah
Ku ingin kau membaca barisan air mata yang melangkah di bulu mataku
Atau gelombang gerhana yang menghias ruanganku
kuPastikan dari binar binar mataku yang meredup
akan warna warna adan angka angka yang mereka Janjikan pada kita
tolong kirimkan warna warna yang pasti
untuk
dengan angka angka yang pasti
PERBEDAAN
Aku mewarnai pelangi pelangi dilangit harapan
dan cita cita
tapi kau menurunkan matahari
aku memilih rembulan di malam ketenangan jiwa
tapi kau mendatangakan gerhana
sampai matahari yang menyambutku
dengan senyum di pagi hari
kau akhiri dengan mendung dan hujan badai
perjalanan yang kita lalui
dengan langkah jam menit dan detik
begitu tertipu dengan asamu yang memburamkan makna
kita hanya memiliki prasangka yang tak pasti
kehilangan tujuan
dan harapan yang luntur
oleh derasnya tamparan duka
kita kehilangan perbincangan
kita hanya mampu menyisikan garam dalam laut
dalam perjalanan kita
kita penjelajah yang bekiblat arah masing masing
dan mencari jiwa yang baru
Bohemian Jambi, November 10, 2003
TAWANAN POSESIF
Dalam layu dan lumpuhku
Semangat bathinku ingin menggapai
Bendera masa depan yang kutancapkan
Disetiap lorong dunia yang kujalani
Tapi aku belum juga mampu
Menancapkan tiang benderaku di sebuah pemilik rumah angker
Disebuah lorong cintaku
Yang selalu mengejarku dengan prasangka
bayangan yang tak jelas akarnya
tuk melumpuhkan setiap denyut denyut nadi jantungku
dan dimaspun melayangkan pesan puitisnya di layar pikiranku
‘’ denyutkanlah namanya niscaya dia berdenyut dalam nurani’
ya aku hanya mampu memompa jantungnya yang sulit berdenyut tanpa ruang yang lapang
dengan segala prasangka ku yang indah agar ia mampu berdenyut dengan nurani udara segar
yang ku keluarkan dari ikhlas cintaku
namun
hanyalah udara yang tak berguna
seperti udara yang ia keluarkan dari pantatnya,
aku pun berusaha tersenyum, toh itu juga kebahagiaaan
nantinya
tapi anak sipemilik rumah tetap saja
mengurungku disangkar cintanya di
seperti” kesetiaan atau kebodohan”
dan dimasa yang dilalui dalam kurungan sangkar
kupun memepelajari tentang anak sipemilik rumah itu
ia pejantan yang keras kepala
menatap hidup dengan pongah
dan merasa yakin mampu melindungiku dari mangsa
pecinta liar
yakin mampu mencumbuku dengan perhatian
dahaga cinta yang hilang dariku
ya kasih sayang dan keposesifan yang mengukungku
namun belum juga mampu membawaku
terbang menuju rumah baru yang
menjalani episode hidup baru yang nyata
hingga kini aku berfikir
egois atau kah cinta
kenapa tidak ia biarkan saja aku terbang
menari nari menikmati masaku
dilorong dunia lain
dan kini aku hanya mampu meratapi
“aku tawanan cinta tak bertali
Bohemian Jambi, oktober 5, 2003
Pelukan itu mengajariku
Bahwa hanya engkaulah yang bisa menghangatkan jiwaku’
Tanpa hanya seonggok birahi riangditungku nafsu
Rebahan kepalaku tersadar damai bersandar
Dari penatnya berfikir
Sambil ku dengar dendang denyut jantungmu mengajakku berdansa
yang berirama suka
dengan hembusan nafar optimis kesegaran
seperti riuh gemuruh hasratmu
dan terdengar
“ kemari’ sayang ! “ “kurangkul kau manja ! ”
berenaglah di dadaku selalu
tinggalkan keluh kesahmu
banjirkan beribu kata dan tangismu di sini
dilaut cinta kita
lalu kita berlari
dan kita bhanyutkan gemuruh hati kita
di istana baru
lepaskanmu deru sakit yang melilit di kehidupanmu
dan ku bawa kau turun naik
berjuta lembah
di sajadah panjang
dijalan yang akan kita tempuh
lebih jauh lagi dari matamu
dengan damai seperti pelukan ini
pelukan damai tanpa birahi yang menyesakkan benci
Bohemian Jambi, Mei 5, 2003
Perempuan Lapisan Zaman
Ia hidup tak pernah mengubah takdir
Kesetiaan dan kesabaran
Menjaga hati sebuah rumah yang hangat
Demi kenyamann penghuninya
Dengan sajian-sajian kenikamatan dan keindahan
Disebuah rutinitas hati dan jiwa
Ia seorang yang ingin terbang
Tak kala mampu memayunginya
Dan mencoba menghisap bunga liar
Zaman terus saja bertumpuk
Tetapi ia tetap saja menjadi penjaga zaman yang baik
Bohemian JAmbi, Maret 2003
Kau Pergi
Resah pasir membanyangimu
Dengan dengung gerimis ditelingamu
Kini terjawab segalanya
Butiran keristal dimatamu tak lagi membeku dipangkuan mata
Dan kini segalanya menutupi gelisah yang redup
Kau telah berperang dilautan zaman ini
Melawan segala resah dunia
Yang membuat garangmu sumbang
Dinegeri berduri ini
Dan disini aku duduk dengan gerimis air mata yang menyayat hati
Takdir
Kini ingin memungut kembali musim duka yang pergi
Mengubur segala riang
Parasku bagai bulan masai mengenang
Aku masih rasakan slide kehidupan
Dengan bunga-bunga yang kau rangkai dengan tata senyummu
Dan titik warna keindahan yang kau padu pada beribu makna
Dijalan
Yang merekam khotbahmu
Dan telingaku akrab dengan ribuan bisikan mawarmu
7.30 malam ini telpon tentangmu berdering memekakkan telinga
dan merontokkan aliran darah dimataku
ku tak
2 komentar:
kak' puisinya kren2... ...
kapan kak' bkin acara kyk kmern???
sma n 2 kab, tebo
waw puisix keren2 abis
Posting Komentar