Minggu, 26 Oktober 2008

Puisi-Puisi Ramayani Tahun 2003


Galau

(malam ini )

Aku teronggok dibumi

Sambil menghadap ke kiblat kehidupan

Aku merasa mengambang diudara gelap gulita

Seakan saja mabuk dan mati rasa jasadku yang tak berdaya

Dunia lenyap

Segala peritiwa berlalu

Aku mencari kehangatan

Yang mendekap kulitku

Yang bisu ternganga dan kaku

Bohemian Jambi, 1 april 2003



Kepadamu

Kukirimkan pesan ku

dalam penggalan layar pesanan singkat ini

Saat hujan menyayam kesedihan

Dan ku terapung airmata yang tak jua lelah

Ku ingin kau membaca barisan air mata yang melangkah di bulu mataku

Atau gelombang gerhana yang menghias ruanganku

kuPastikan dari binar binar mataku yang meredup

akan warna warna adan angka angka yang mereka Janjikan pada kita

tolong kirimkan warna warna yang pasti

untuk Indonesia

dengan angka angka yang pasti




PERBEDAAN

Aku mewarnai pelangi pelangi dilangit harapan

dan cita cita

tapi kau menurunkan matahari

aku memilih rembulan di malam ketenangan jiwa

tapi kau mendatangakan gerhana

sampai matahari yang menyambutku

dengan senyum di pagi hari

kau akhiri dengan mendung dan hujan badai

perjalanan yang kita lalui

dengan langkah jam menit dan detik

begitu tertipu dengan asamu yang memburamkan makna

kita hanya memiliki prasangka yang tak pasti

kehilangan tujuan

dan harapan yang luntur

oleh derasnya tamparan duka

kita kehilangan perbincangan

kita hanya mampu menyisikan garam dalam laut

dalam perjalanan kita

kita penjelajah yang bekiblat arah masing masing

dan mencari jiwa yang baru

Bohemian Jambi, November 10, 2003

TAWANAN POSESIF

Dalam layu dan lumpuhku

Semangat bathinku ingin menggapai

Bendera masa depan yang kutancapkan

Disetiap lorong dunia yang kujalani

Tapi aku belum juga mampu

Menancapkan tiang benderaku di sebuah pemilik rumah angker

Disebuah lorong cintaku

Yang selalu mengejarku dengan prasangka

bayangan yang tak jelas akarnya

tuk melumpuhkan setiap denyut denyut nadi jantungku

dan dimaspun melayangkan pesan puitisnya di layar pikiranku

‘’ denyutkanlah namanya niscaya dia berdenyut dalam nurani’

ya aku hanya mampu memompa jantungnya yang sulit berdenyut tanpa ruang yang lapang

dengan segala prasangka ku yang indah agar ia mampu berdenyut dengan nurani udara segar

yang ku keluarkan dari ikhlas cintaku

namun

hanyalah udara yang tak berguna

seperti udara yang ia keluarkan dari pantatnya,

aku pun berusaha tersenyum, toh itu juga kebahagiaaan

nantinya

tapi anak sipemilik rumah tetap saja

mengurungku disangkar cintanya di lima tahun masa

seperti” kesetiaan atau kebodohan”

dan dimasa yang dilalui dalam kurungan sangkar

kupun memepelajari tentang anak sipemilik rumah itu

ia pejantan yang keras kepala

menatap hidup dengan pongah

dan merasa yakin mampu melindungiku dari mangsa

pecinta liar

yakin mampu mencumbuku dengan perhatian

dahaga cinta yang hilang dariku

ya kasih sayang dan keposesifan yang mengukungku

namun belum juga mampu membawaku

terbang menuju rumah baru yang kan di kemas untuk ku

menjalani episode hidup baru yang nyata

hingga kini aku berfikir

egois atau kah cinta

kenapa tidak ia biarkan saja aku terbang

menari nari menikmati masaku

dilorong dunia lain

dan kini aku hanya mampu meratapi

“aku tawanan cinta tak bertali

Bohemian Jambi, oktober 5, 2003

Pelukan itu mengajariku

Bahwa hanya engkaulah yang bisa menghangatkan jiwaku’

Tanpa hanya seonggok birahi riangditungku nafsu

Rebahan kepalaku tersadar damai bersandar

Dari penatnya berfikir

Sambil ku dengar dendang denyut jantungmu mengajakku berdansa

yang berirama suka

dengan hembusan nafar optimis kesegaran

seperti riuh gemuruh hasratmu lima tahun yang lalu

dan terdengar

“ kemari’ sayang ! “ “kurangkul kau manja ! ”

berenaglah di dadaku selalu

tinggalkan keluh kesahmu

banjirkan beribu kata dan tangismu di sini

dilaut cinta kita

lalu kita berlari

dan kita bhanyutkan gemuruh hati kita

di istana baru

lepaskanmu deru sakit yang melilit di kehidupanmu

dan ku bawa kau turun naik

berjuta lembah asmara asmara yang kita bentangkan

di sajadah panjang

dijalan yang akan kita tempuh

lebih jauh lagi dari matamu

dengan damai seperti pelukan ini

pelukan damai tanpa birahi yang menyesakkan benci

Bohemian Jambi, Mei 5, 2003

Perempuan Lapisan Zaman

Ia hidup tak pernah mengubah takdir

Kesetiaan dan kesabaran

Menjaga hati sebuah rumah yang hangat

Demi kenyamann penghuninya

Dengan sajian-sajian kenikamatan dan keindahan

Disebuah rutinitas hati dan jiwa

Ia seorang yang ingin terbang

Tak kala mampu memayunginya

Dan mencoba menghisap bunga liar

Zaman terus saja bertumpuk

Tetapi ia tetap saja menjadi penjaga zaman yang baik

Bohemian JAmbi, Maret 2003

Kau Pergi

Resah pasir membanyangimu

Dengan dengung gerimis ditelingamu

Kini terjawab segalanya

Butiran keristal dimatamu tak lagi membeku dipangkuan mata

Dan kini segalanya menutupi gelisah yang redup

Kau telah berperang dilautan zaman ini

Melawan segala resah dunia

Yang membuat garangmu sumbang

Dinegeri berduri ini

Dan disini aku duduk dengan gerimis air mata yang menyayat hati

Takdir

Kini ingin memungut kembali musim duka yang pergi

Mengubur segala riang

Parasku bagai bulan masai mengenang

Aku masih rasakan slide kehidupan

Dengan bunga-bunga yang kau rangkai dengan tata senyummu

Dan titik warna keindahan yang kau padu pada beribu makna

Dijalan kota yang sering kita lalui ini masih tersisa jejak kaki

Yang merekam khotbahmu

Dan telingaku akrab dengan ribuan bisikan mawarmu

7.30 malam ini telpon tentangmu berdering memekakkan telinga

dan merontokkan aliran darah dimataku

ku tak kan mendengar lagi suara jam dikota ini untuk kita lagi

2 komentar:

Unknown mengatakan...

kak' puisinya kren2... ...
kapan kak' bkin acara kyk kmern???

sma n 2 kab, tebo

Unknown mengatakan...

waw puisix keren2 abis